Rabu, 02 Januari 2008

Tantangan Pendidikan 2008 oleh Prof. Suyanto,Ph.D

Tantangan Pendidikan 2008 Oleh Prof Suyanto PhD

PENGEMBANGAN layanan pendidikan yang bersifat terbuka dan aspiratif, merupakan suatu proses penting dan positif dalam pembangunan pendidikan yang mengedepankan kualitas dan relevansi. Hal ini menjadi sangat penting dalam kerangka pengembangan dialog positif dan saling menghargai dalam proses transfer ilmu pengetahuan yang seharusnya berlangsung secara jujur, terbuka, dan tentunya lebih pedagogis. Atas dasar ini, penyelenggaraan pendidikan memungkinkan adanya ruang lebih luas bagi para stakeholders pendidikan bisa, mau, dan mampu terlibat secara horisontal memberikan kontribusinya dalam seluruh proses penyelenggaraan pelayanan pendidikan. Di dalam konsep pembangunan sumberdaya insani yang unggul, transparansi dan dialog terbuka dalam pembangunan pendidikan menjadi dasar kuat pentingnya pengembangan pendidikan yang berbasis pada kebutuhan pasar global yang multi-kompetitif. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa pembangunan model-model layanan pendidikan dimaksud harus pula dilakukan secara terintegrasi yang mampu mengadopsi dan mengakomodasi keberanekaragaman nilai yang hidup dan berkembang dalam konteks kepentingan-kepentingan yang berbeda. Inilah sebuah landasan pembangunan pendidikan yang menjadi dasar penting yang lebih menjanjikan di dalam kompleksitas kepentingan pasar.


Konteks pendidikan yang terbuka, transparan, dan mengutamakan tingginya kualitas dan relevansi, dengan demikian, merupakan sebuah jawaban untuk menjembatani perbedaan-perbedaan karakter kepentingan lokal, nasional, maupun global yang diusung dalam paradigma keterbukaan dan demokratisasi pendidikan yang pernah menjadi kendala pembangunan pendidikan nasional selama lebih dari setangah abad. Sebagai bangsa yang majemuk, sudah pasti kepentingan-kepentingan yang berkembang pun sangat terdiversivikasi. Hal ini pada gilirannya mewarnai kebijakan-kebijakan pembangunan yang lahir di berbagai daerah termasuk dalam bidang pendidikan. Kepentingan etno-politis dan etno-kultur tidak dapat disangkal memiliki pengaruh kuat dalam proses pendidikan yang berlangsung. Karena itu, tidak dapat dihindari munculnya kepentingan dan orientasi politik dalam dunia pendidikan. Karena, kompleksitas kepentingan, baik dalam konteks sosial, ekonomi, budaya maupun politik yang ada pada gilirannya harus mampu diangkat menjadi model penting dalam mengembangkan model-model layanan pendidikan yang berakar pada kebutuhan dan kepentingan-kepentingan lokal untuk mendorong terjadinya percepatan transfer ilmu pengetahuan pada tingkat kepentingan yang berbeda. Secara empiris, kompleksitas kepentingan di dalam pembangunan pendidikan tersebut perlu dikelola secara terarah sehingga tidak menjadi potensi konflik yang dapat menjadi kendala dalam membangun kualitas sumberdaya manusia yang handal. Pilihannya adalah mensinergikan berbagai perbedaan yang ada menjadi sebuah kekuatan di dalam sebuah konsep pembangunan pendidikan yang dapat menjadi payung dalam seluruh proses pembangunan pendidikan nasional yang diselenggarakan.


Oleh karena itu, memahami dan mengakomodasi berbagai kepentingan sosial kultural yang mengakomodasi the core of culture terutama di dalam konteks lokalitas sosiologis yang berbeda harus dapat dilakukan secara rasional dan terbuka guna meleburkan kelompok kepentingan sosial budaya yang berbeda. Pertanyaan mendasar yang seringkali muncul dalam setiap konteks pembangunan pendidikan yang diselenggarakan adalah menyangkut skala prioritas pembangunan dan konteks sosial-ekonomi dan politik pelayanan pendidikan nasional yang diselenggarakan. Artinya, bila pada satu sisi pendidikan memiliki peran signifikan guna membangun masyarakat yang memiliki keberanekaragaman kepentingan, latar belakang sosio-ekonomi dan politik dengan segala karakter yang dimilikinya, maka penyelenggaraan pelayanan pendidikan harus mampu menjembatani perbedaan-perbedaan kepentingan untuk mengubah perbedaan-perbedaan tersebut menjadi potensi penting pembangunan nasional yang berkarakter dan memiliki daya saing handal di pergaulan global yang lebih kompetitif. Dengan demikian, konsep pendidikan yang berkarakter pun harus dikembangkan guna membuka isolasi-isolasi lintas kepentingan yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan efek penguatan yang bersifat substantif dalam penyelenggaraan pendidikan di berbagai jenjang. Dalam konteks pembangunan pendidikan nasional, maka semangat tahun baru harus pula mampu memompa semangat pembangunan dan pengabdian yang lebih segar untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pembangunan nasional. Pergantian tahun tidak hanya berarti pergantian waktu, tetapi harus mampu mencerminkan perubahan-perubahan besar di dalam seluruh proses kehidupan dan pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, suatu proses penyegaran semangat dalam konteks pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan kompetitif harus pula mampu memberikan alternatif-alternatif konseptual dan praksis yang dapat mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang beragam dalam masyarakat Indonesia yang sangat majemuk. Penyelenggaraan layanan pendidikan pun harus pula dapat menciptakan ruang dialog baru untuk menjembatani perbedaan-perbedaan nilai dan kepentingan yang saling mengisi di dalam konteks semangat pembangunan generasi bangsa yang tetap dinamis.

(Penulis adalah Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta, Direktur Jenderal Mandikdasmen Depdiknas)-n

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sepakat!!!!!!!!!!!!!! Pendidikan Harusnya Membela Rakyat Kecil. Tapi satu yang pasti harus tetap optimis pendidikan indonesia akan maju.
Semangat!!!!!!!!!!!!!

Anonim mengatakan...

siapa lagi kalau bukan kita yang memperjuangkan pendidikan rakyat kecil kalau bukan kita sebagai insan yang berpendidikan.
walaupun sedikit mari kita berbagi demi sesama.amalkan ilmu biar menjadi ilmu yang bermanfaat. maju indonesiakuq dengan pendidikan yang berperadaban..